Pages

Tuesday, August 6, 2013

Home » » Siaran Televisi Berdampak Terhadap Revolusi Budaya

Siaran Televisi Berdampak Terhadap Revolusi Budaya



Dewasa ini begitu banyak kontroversi yang memecah-belah masyarakat hal ini berdasarkan sumber-sumber alamiah terancam oleh industrialisasi.

Warisan budaya tercampur dengan komersialisasi, martabat ditumbangkan oleh publisitas dan imajinasi dihancurkan oleh kekerasan yang ditampikan dalam program acara televisi.

Tampaknya kita memang telah mewujudkan pandangan kita mengenai dunia menjadi lembaga-lembaga yang justru memerangkap kita dalam kemiskinan secara berfikir dan kesadaran. Sesungguhnya martabat manusia saat ini telah menjadi kerdil atau kurus sehingga cukup memprihatinkan.

Pabrik-pabrik, media massa melalui berita, rumah sakit, pemerintah dan dunia pendidikan berdampak pada pandanganan semu sehingga mudah dikendalikan pada imajinasi semu. Kebanyakan dari kita hanya berfikir dengan cara membaca kata atau teks dan bukan berfikir cara membaca dunia atau pengaruh yang terjadi.

Melihat secara teliti bahwa siaran televisi memiliki kontribusi besar dalam mengubah wajah peradapan atau dengan kata lain mengubah perilaku masyarakat yang negatife. Memang diakui secara jujur bahwa siaran televisi relative sukses melahirkan budaya instan atau yang mengarahkan pada kehidupan masyarakat pada pemberhalaan serba materi. Konsekuensi logisnya adalah semakin banyak orang yang terjebak dalam labirin keuntungan atau dolar sebagai penanda sukses hidup yang dijalani.

Revolusi budaya yang dihadirkan siaran televisi telah pula melahirkan generasi televisi. Di Indonesia kenayataan ini perlu dicermati dengan seksama karena kita bukanlah bangsa yang memiliki tradisi membaca secara lama.

Berbeda dengan Negara Inggris yang memiliki tradisi membaca sejak lima abad lalu, tradisi baca masyarakat Indonesia paling banter baru terbangun pada kalangan tertentu dan ini pun baru 50 tahun terakhir.

Ditengah lemahnya tradisi membaca ini, serbuan siaran televisi dalam decade terakhir tentu mendatangkan gempa budaya atau culture shock yang relative besar. Anak-anak relaif lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton siaran televisi dibandingkan untuk belajar dan membaca. Siaran yang mereka tonton pun pada umumnya adalah siaran-siaran yang menghadirkan realitas semu kemewahan, kekerasan dan impian duniawi.

Bius hiburan dan informasi yang ditonton anak dan juga orang dewasa pada gilirannya akan ikut mempengaruhi pembentukan kepribadian dan pola perilaku. Jika yang diserap bukan hal yang bermutu, maka dapat dibayangkan betapa memprihatinkannya dampak negative yang ditimbulkan siaran televisi.

Jika dicermati secara mendalam, banyak program acara televisi dirancang untuk dan atas dasar kebudayaan orang kaya. Bius kemewahan yang dihadirkan program siaran seperti ini efektif menimbulkan penyempitan kesadaran atas kebutuhan-kebutuhan nyata. Sebagai konsekuensinya, konsumerisme Berjaya memahkotai hidup manusia.

Sesungguhnya baik pada bangsa yang kaya maupun yang miskin, konsumsi umumnya dipolarisasi, sementara pengharapan disamaratakan atau distandarkan dan harus selalu berada diluar jangkauan sumber-sumber daya yang dapat dipasarkan.

Kecenderuang seperti ini membuat tata baru ekonomi dunia yang gencar diwacanakan dan dicoba diaplikasikan seakan tidak ada artinya sama sekali. Sampai saat ini, tetap saja 80 persen harta dunia dikuasai oleh Negara-negara industri maju.

Ketidakadilan yang dengan gigih ditantang oleh banyak pihak menjadi kurang gemanya karena siaran televisi justru kecenderungan memolarisasi konsumerisme masyarakat sehingga secara multiplier berpotensi menimbulkan kemiskinan materi dan kemiskinan moral. Kemiskinan moral pada masyarakat tidak lain dampak dari siaran negative televisi.


Info lain:

Dampak Siaran Televisi Bagi Masyarakat

Renungan Untuk Generasi Bangsa

Indonesia Akan Kalahkan Malaysia

 

 


0 comments: