Beberapa kalangan menilai bahwa pelaksanaan pemilu 2014 yang berlangsung pada 9 April mendatang akan terjadi peningkatan angka golput dibandingkan pada pemilu sebelumnya. Ada beberapa hal para kalangan memprediksi angka golput tersebut mengalami peningkatan, salah satunya pengaruh dari para caleg yang diusung partai peserta pemilu 2014 terkait visi misi sebagai penggalangan simpatik masyarakat.
Sementara itu penilaian peran partai tidak berpengaruh secara besar dalam mendongkrak masyarakat untuk menyalurkan hak suara pada pemilu tahun ini karena faktor tersebut sangat tergantung dari peran para caleg yang dianggap tidak mampu untuk menjadi wakil pada lembaga legislatif.
Prediksi akan terjadinya peningkatan angka golput dari pendapat beberapa kalangan bisa diyakini menjadi hal yang nyata karena selama ini para caleg yang diusung partai perserta pemilu jauh dari harapan masyarakat dan terkesan hanya sebagai orang-orang pemilik modal saja dan orang-orang yang haus akan kekuasaan bahkan mereka pun terkesan sangat jauh sebagai orang-orang yang dianggap sebagai pemimpin yang mampu memperjuangkan persoalan masyarakat agar lebih baik.
Janji-janji dan harapan yang selalu disampaikan para caleg bisa menimbulkan dampak apatis masyarakat dalam menyalurkan hak suaranya dalam pemilu mendatang karena belajar dari pengalaman pemilu sebelumnya para caleg hanya menginginkan dukungan pada saat menjelang pemilu dengan mengobral janji-janji tanpa bukti. Selain itu mereka terkesan tidak peduli setelah berhasil terpilih menjadi anggota dewan.
Penilaian masyarakat tidak lagi percaya pada para caleg dan beranggapan ingin golput yakni berdasarkan kiprah atau sepak terjang para anggota dewan selama menjabat yakni hanya ambisius dalam mengejar kedudukan dan melupakan fungsi serta tanggungjawab sebagai wakil dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.
Sangat ironis memang apabila mereka yang saat menjabat hanya menghalalkan segala cara demi satu tujuan mencari keuntungan dalam hal ini materi serta kepentingan partai mereka semata.
Wajar saja masyarakat menilai bahwa para anggota dewan bukanlah perwakilan rakyat tetapi perwakilan partai karena jelas mereka hanya memperjuangkan kepentingan partai dengan mengatasnamakan rakyat.
Sementara itu penilaian peran partai tidak berpengaruh secara besar dalam mendongkrak masyarakat untuk menyalurkan hak suara pada pemilu tahun ini karena faktor tersebut sangat tergantung dari peran para caleg yang dianggap tidak mampu untuk menjadi wakil pada lembaga legislatif.
Prediksi akan terjadinya peningkatan angka golput dari pendapat beberapa kalangan bisa diyakini menjadi hal yang nyata karena selama ini para caleg yang diusung partai perserta pemilu jauh dari harapan masyarakat dan terkesan hanya sebagai orang-orang pemilik modal saja dan orang-orang yang haus akan kekuasaan bahkan mereka pun terkesan sangat jauh sebagai orang-orang yang dianggap sebagai pemimpin yang mampu memperjuangkan persoalan masyarakat agar lebih baik.
Janji-janji dan harapan yang selalu disampaikan para caleg bisa menimbulkan dampak apatis masyarakat dalam menyalurkan hak suaranya dalam pemilu mendatang karena belajar dari pengalaman pemilu sebelumnya para caleg hanya menginginkan dukungan pada saat menjelang pemilu dengan mengobral janji-janji tanpa bukti. Selain itu mereka terkesan tidak peduli setelah berhasil terpilih menjadi anggota dewan.
Penilaian masyarakat tidak lagi percaya pada para caleg dan beranggapan ingin golput yakni berdasarkan kiprah atau sepak terjang para anggota dewan selama menjabat yakni hanya ambisius dalam mengejar kedudukan dan melupakan fungsi serta tanggungjawab sebagai wakil dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.
Sangat ironis memang apabila mereka yang saat menjabat hanya menghalalkan segala cara demi satu tujuan mencari keuntungan dalam hal ini materi serta kepentingan partai mereka semata.
Wajar saja masyarakat menilai bahwa para anggota dewan bukanlah perwakilan rakyat tetapi perwakilan partai karena jelas mereka hanya memperjuangkan kepentingan partai dengan mengatasnamakan rakyat.
0 comments:
Post a Comment