Sunday, February 12, 2012
Home »
opini
»
Kasus Kekerasan Terhadap Wartawan Terus Terjadi
Seorang wartawan yang melakukan peliputan ternyata hingga saat ini tetap saja menjadi sasaran sebagai korban kekerasan. Ternyata kondisi ini terjadi dibeberapa daerah di Indonesia dan belahan dunia, seperti kasus intimidasi dengan ancaman, penganiayaan hingga pada penghilangan paksa nyawa wartawan atau sebagai korban pembunuhan berencana.
Kasus ini juga dialami salah seorang wartawan di Pontianak, Kalbar (11 feb'2012) di tempat hiburan malam karaoke kaisar saat melakukan peliputan razia gabungan yang digelar TNI, Polri dengan melibatkan anggota satpol PP kota Pontianak.
Razia yang digelar pukul 23.00 wib hingga 03.00 dini hari itu bertujuan untuk menindak pelanggaran disiplin oknum anggota TNI-Polri yang berada di tempat hiburan malam. Suasana saat menjalankan tugas itu menjadi persoalan yang tidak mengenakkan bagi kalangan jurnalis karena salah seorang rekan mereka menjadi korban kekerasan yang dilakukan WNA berasal dari negara Jepang.
WNA yang diduga asal negara sakura saat itu digiring petugas untuk diamankan karena saat diperiksa tidak bisa memperlihatkan kartu identitas diri atau paspor dengan alasan tertinggal di hotel dan kondisinya pun sedang dalam pengaruh minuman keras karena sebelumnya ia diduga berpesta minuman beralkohol dari barang bukti yang ditemukan di TKP bersama teman wanita penghiburnya.
Para wartawan dari berbagai media lokal dan nasional itupun tidak menyiakan momen tersebut dan berusaha mengabadikan dengan peralatan peliputan mereka. Namun, salah seorang wartawan mengalami nasib apes karena kameranya dirusak oleh WNA asal Jepang itu sehingga niat untuk mengabadikan momen itu akhirnya sirna, ibarat bukan mendapatkan foto yang bagus tapi kamera susak yang didapat.
Kejadian yang berlangsung singkat itupun akhirnya menimbulkan reaksi loyalitas kalangan wartawan lainnya yang saat itu bersama-sama melakukan peliputan, untunglah anggota POMDAM XII Tanjungpura membantu wartawan yang malang itu dengan mengamankan WNA tersebut agar mau bertanggungjawab atas perbuatan merusak peralatan wartawan.
Menurut hemat penulis, peristiwa itu merupakan sebagian kecil kekerasan yang dialami para insan jurnalis saat melaksanakan tugas berat dilapangan, maka hendaknya seorang jurnalis atau wartawan harus mengerti dan paham akan kondisi saat mengemban tugas tersebut karena saat melakukan peliputan dimana dan kapan pun kejadian itu bisa saja terjadi dan dialami setiap wartawan.
Bahkan setelah pasca penerbitan berita yang ditulis atau disiarkan tentang peliputan beritanya kemungkinan besar bisa akan terjadi karena pihak yang menjadi objek pemberitaannya itu merasa terusik alias tidak senang atas hasil karya yang diliput wartawan.
Selain itu, seorang jurnalis atau wartawan harus paham benar bahwa bisa saja media sebagai tempatnya yang menugaskan untuk menjalankan tugas tidak mau berfikir pusing alias tidak mau bertanggungjawab untuk memperjuangkan wartawannya bila menjadi korban hingga menjadi korban pembunuhan seperti beberapa kasus yang terjadi di Indonesia beberapa waktu lalu yang hingga saat ini tidak pernah terungkap.
Patut diwaspadai bahwa nyawa merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang termasuk juga para insan jurnalis karena nyawa tidak bisa ditukar dengan nilai berita yang dicari.
Semoga sedikit tulisan ini menjadi bermakna bagi kalangan jurnalis atau wartawan yang setiap saat berusaha mendapatkan berita yang memiliki nilai jual tinggi. Selain itu semoga media yang mewadahi insan jurnalis agar selalu memperjuangkan nasib wartawannya yang menjadi korban saat menjalankan tugas dilapangan karena majunya media karena wartawannya yang selalu gigih berusaha mendapatkan momen atau peristiwa menjadi nilai berita yang mengagumkan setiap orang yang mengkonsumsinya.
Berita Terkait:
Renungan Untuk Generasi Bangsa
Indonesia Akan Kalahkan Malaysia
Kasus Kekerasan Terhadap Wartawan Terus Terjadi
Seorang wartawan yang melakukan peliputan ternyata hingga saat ini tetap saja menjadi sasaran sebagai korban kekerasan. Ternyata kondisi ini terjadi dibeberapa daerah di Indonesia dan belahan dunia, seperti kasus intimidasi dengan ancaman, penganiayaan hingga pada penghilangan paksa nyawa wartawan atau sebagai korban pembunuhan berencana.
Kasus ini juga dialami salah seorang wartawan di Pontianak, Kalbar (11 feb'2012) di tempat hiburan malam karaoke kaisar saat melakukan peliputan razia gabungan yang digelar TNI, Polri dengan melibatkan anggota satpol PP kota Pontianak.
Razia yang digelar pukul 23.00 wib hingga 03.00 dini hari itu bertujuan untuk menindak pelanggaran disiplin oknum anggota TNI-Polri yang berada di tempat hiburan malam. Suasana saat menjalankan tugas itu menjadi persoalan yang tidak mengenakkan bagi kalangan jurnalis karena salah seorang rekan mereka menjadi korban kekerasan yang dilakukan WNA berasal dari negara Jepang.
WNA yang diduga asal negara sakura saat itu digiring petugas untuk diamankan karena saat diperiksa tidak bisa memperlihatkan kartu identitas diri atau paspor dengan alasan tertinggal di hotel dan kondisinya pun sedang dalam pengaruh minuman keras karena sebelumnya ia diduga berpesta minuman beralkohol dari barang bukti yang ditemukan di TKP bersama teman wanita penghiburnya.
Para wartawan dari berbagai media lokal dan nasional itupun tidak menyiakan momen tersebut dan berusaha mengabadikan dengan peralatan peliputan mereka. Namun, salah seorang wartawan mengalami nasib apes karena kameranya dirusak oleh WNA asal Jepang itu sehingga niat untuk mengabadikan momen itu akhirnya sirna, ibarat bukan mendapatkan foto yang bagus tapi kamera susak yang didapat.
Kejadian yang berlangsung singkat itupun akhirnya menimbulkan reaksi loyalitas kalangan wartawan lainnya yang saat itu bersama-sama melakukan peliputan, untunglah anggota POMDAM XII Tanjungpura membantu wartawan yang malang itu dengan mengamankan WNA tersebut agar mau bertanggungjawab atas perbuatan merusak peralatan wartawan.
Menurut hemat penulis, peristiwa itu merupakan sebagian kecil kekerasan yang dialami para insan jurnalis saat melaksanakan tugas berat dilapangan, maka hendaknya seorang jurnalis atau wartawan harus mengerti dan paham akan kondisi saat mengemban tugas tersebut karena saat melakukan peliputan dimana dan kapan pun kejadian itu bisa saja terjadi dan dialami setiap wartawan.
Bahkan setelah pasca penerbitan berita yang ditulis atau disiarkan tentang peliputan beritanya kemungkinan besar bisa akan terjadi karena pihak yang menjadi objek pemberitaannya itu merasa terusik alias tidak senang atas hasil karya yang diliput wartawan.
Selain itu, seorang jurnalis atau wartawan harus paham benar bahwa bisa saja media sebagai tempatnya yang menugaskan untuk menjalankan tugas tidak mau berfikir pusing alias tidak mau bertanggungjawab untuk memperjuangkan wartawannya bila menjadi korban hingga menjadi korban pembunuhan seperti beberapa kasus yang terjadi di Indonesia beberapa waktu lalu yang hingga saat ini tidak pernah terungkap.
Patut diwaspadai bahwa nyawa merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang termasuk juga para insan jurnalis karena nyawa tidak bisa ditukar dengan nilai berita yang dicari.
Semoga sedikit tulisan ini menjadi bermakna bagi kalangan jurnalis atau wartawan yang setiap saat berusaha mendapatkan berita yang memiliki nilai jual tinggi. Selain itu semoga media yang mewadahi insan jurnalis agar selalu memperjuangkan nasib wartawannya yang menjadi korban saat menjalankan tugas dilapangan karena majunya media karena wartawannya yang selalu gigih berusaha mendapatkan momen atau peristiwa menjadi nilai berita yang mengagumkan setiap orang yang mengkonsumsinya.
Berita Terkait:
Renungan Untuk Generasi Bangsa
Indonesia Akan Kalahkan Malaysia
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment