Pages

Tuesday, June 5, 2012

Home » » Still Life Photography Bagi Pemula

Still Life Photography Bagi Pemula





Photography still life sering kita liat dalam keseharian kita, disadari maupun tidak. Kita banyak menemui foto still life di majalah, kalender, foto berbingkai mewah maupun minimalis dalam lorong2 perkantoran, maupun di di billboard di persimpangan jalan2 protokol. Foto jenis ini dapat berupa makanan, minuman atau foto benda mati lainnya yang ditata sedemikian rupa sehingga menarik mata. Still life identik dengan dunia fotografi komersial dan advertising.


Definisi Still Life Photography adalah menciptakan sebuah gambar dari benda atau objek mati tampak jauh lebih "hidup" dan "berbicara". Kata still berarti benda diam atau mati sedangkan kata life berarti hidup; memberikan konteks "kehidupan" pada benda tersebut.


Still life juga dapat memberikan arti secara konteks fungsional maupun konteks ekspresif. Konteks fungsional dari fotografi still life berupa pemotretan benda dengan tujuan pembuatan katalog, brosur, newsletter, company profile, mailer, flyer dan iklan. Dalam hal ini, still life berfungsi sebagai iklan atau komunikasi visual dalam konteks komersial. Semua foto yang dibuat harus komunikatif; seberapa bagus desain barangnya, bagaimana fungsi barangnya dan diperuntukkan untuk kalangan siapa barang yang ada dalam foto tersebut. Dalam konteks ekspresif, foto still life dibuat sesuai selera, konsep dan emosi fotografer yang membuat foto still life tersebut. Seorang fotografer dapat mengekspresikan diri ke dalam fotonya.


Sebelum memotret still life, ada 3 unsur yang membuat foto still life menjadi lebih "hidup"; pencahayaan, komposisi dan properti. Properti berkaitan dengan benda2 yang ditambahkan untuk menimbulkan kesan yang ingin ditampilkan dalam foto yang akan kita buat. Misalnya bunga akan menambah kesan feminin dan lembut pada foto sementara batu bertekstur akan mengesankan sisi maskulin.


Dengan ke 3 unsur ini, kita dapat memberikan konten (isi) karena 3 unsur ini akan saling mendukung untuk menghidupkan sebuah foto still life. Pada umumnya, seorang fotografer akan mempertimbangkan apakah foto tersebut mempunyai komposisi yang enak diliat serta pencahayaan yang bagus. Properti yang digunakan bertujuan menghidupkan point-of-interests. Ke 3 unsur tidak dapat dipisahkan dalam foto still life.


Konsep atau rancang bangun atau story board dalam foto still life merupakan sebuah elemen penting. Lain halnya dengan pemotretan modelling. Dalam modelling, kita bisa langsung menangkap ekspresi model untuk mendapatkan foto yang yang ekspresif. Dalam still life, kita berhadapan dengan benda mati. Jika konsep foto still life nya adalah sebuah keceriaan, sang fotografer harus berpikir bagaimana mem visualisasikan benda mati tersebut agar tampak lebih hidup. Konsep ceria harus tetap mempresentasikan dalam pemilihan properti yang kita pilih. Seperti pemilihan background dengan warna2 yang eye-catching dan berkesan sangat dinamis seperti warna merah muda atau biru cyan. Kita juga harus menuangkan semua rasa yang kita presentasikan kepada benda. Contoh lain; dalam foto still life rokok untuk pria, harus ada unsur maskulinitas, kelakian dan keras. Akan berbeda jika kita hendak memotret produk rokok menthol untuk wanita. Suasana dalam memotret ke dua benda ini akan berbeda. Konsep dalam foto bertujuan untuk memberikan sebuah "pesan" yang fotografer ciptakan kepada benda mati ini. Konsep mengandung unsur pesan yang akan kita sampaikan kepada audiens (yang melihat atau mengapresiasi foto still life tersebut). Dan dalam menyampaikan pesan tersebut, kita harus bisa menyamakan persepsi, atau rasa pembaca dengan persepsi kita. Hal ini dinamakan apresiasi dalam komunikasi visual yang berbentuk sebuah foto.


Still life muncul dalam fotografi sebagai sebuah spesialisasi karena tidak semua emosi atau konsep yang hendak divisualisasikan bisa diwakilkan oleh seorang model. Alternatif lain; fotografer juga menangkap pesan dari objeknya sendiri. Misalnya properti bunga. Begitu banyak arti, makna dan persepsi yang kita tangkap dari sebuah bunga. Kita tidak perlu orang yang bercerita tentang arti, makna dan persepsi dari bunga. Kita dapat menggunakan berbagai macam simbol dalam mengungkapkan sesuatu.


Sebuah kondisi dapat menjadi sebuah foto still life yang berhasil dengan memanfaatkan benda atau suasana. Dalam pemanfaatan benda, kepekaan fotografer dituntut untuk mengenali benda dari segi pencahayaan dan lain sebagainya. Namun dalam memanfaatkan suasana, fotografer harus bisa mengenali suasana seperti apa yang bisa dimanfaatkan untuk bisa mewakili ekspresi atau perasaan yang ingin kita tuangkan dalam foto tersebut.


Langkah pertama dalam belajar still life adalah dengan mengenali karakter benda yang akan kita gunakan sebagai properti dalam foto still life. Setiap benda mempunyai karakter yang unik. Oleh karena itu, fotografer pun dituntut untuk mengetahui cara mencahayainya dengan baik dan dapat menampilkan karakter dan teksur si benda. Makanan basah, secangkir kopi, cincin perak, vas kaca atau barang yang mempunyai daya refleksi tinggi (highly reflected object), masing2 mempunyai sifat dan cara penanganannya masing2.
Tiap benda mempunyai kapasitas untuk bisa mewakili konsep kita. Baik kita ingin menampilkan sesuatu yang bersifat lembut, keras dan lain sebagainya.


Foto still life juga erat kaitannya dengan kepekaan seseorang, yaitu untuk ber eksresi dengan melulu tidak menggunakan orang atau model. Dalam mempelajari fotografi still life, kita harus mengasah kepekaan dan sensitifitas agar dapat ber ekspresi.


Fotografi still life mutlak memerlukan 3 unsur yang disebutkan diatas. Jika fotografer ingin menampilkan sisi kontradiksi sifat suatu objek maka fotografer dituntut untuk pandai memilih dan mengatur pencahayaan, properti dan komposisi. Karena untuk menciptakan sifat kontradiktif, bukan merupakan keterbatasan benda. Fotografer harus pandai2 mengeksplorasi, apakah benda tersebut mempunyai sisi lain dari yang kita kenal selama ini. Sebagai contoh adalah sebuah batu. Asumsi dan sifat batu adalah keras, tak mudah hancur dan tegar. Tapi kalo kita hendak membuat konsep lembut dengan properti batu, kita dapat memanfaatkan properti bunga untuk menghiasi batu tersebut. Dilengkapi dengan efek cahaya lembut dari softbox. Sisanya tinggal kreatifitas dari masing2 fotografer.


Fotografi still life dapat dilakukan tanpa harus mempunyai kamera medium format digital yang sangat mahal atau lampu Broncolor yang sangat mewah. Peralatan memotret jenis apapun dapat kita pakai untuk memotret still life. Bahkan kamera pocket dan lensa ultra wide pun bisa kita pakai. Tidak melulu harus menggunakan kamera DSLR/SLR yang canggih dengan lensa macro yang mahal. Tidak ada batasan untuk memakai peralatan fotografis. Semua tergantung pribadi masing-masing fotografer dan konsep yang hendak diciptakannya.


Dari segi lighting pun tidak ada batasan tertentu. Dengan minimal 1 lampu dan maksimal sebanyak2nya. Lighting pun tidak melulu menggunakan artificial lighting (flash), sinar matahari pun dapat kita manfaatkan untuk menciptakan foto still life. Mengenai bayangan; tidak semua bayangan harus dihilangkan. Semuanya tergantung konsep yang hendak kita buat. Kadangkala, kita ingin menampilkan konsep keras atau kasar, dan untuk membuat hal itu terjadi tekstur dan bayangan sangat dibutuhkan. Dalam era digital, peran lampu portable flash, dapat digantikan dengan lampu tungsten atau halogen. Selama kita menggunakan tripod dan mengatur supaya white balance tidak terlalu kuning, maka kita dapat membuat foto still life yang bagus.


Selain memikirkan perangkat memotret yang canggih dan mahal, lebih baik kita menguasai teknik pencahayaan dengan alat seadanya. Pencahayaan adalah key element dalam foto still life. Cahaya mempunyai arah, jenis, sifat dan karakter cahaya yang harus dipahami.

Selamat mencoba karena berani mencoba maka akan berhasil, pastinya jangan pernah menyerah untuk terus mencoba.

Berita Terkait:
8 Langkah Sebelum Memotret
Solusi Noise Saat Memotret
Konsep Memotret Bagi Pemula

0 comments: